Kamis, 11 Juli 2013

Mengulang

 Bermula dari sikap yang suka lupa, cuek dan gak mau bertanya dan akhirnya gak tau apa-apa.
 akhirnya kena batunyakan, nilai jadi gak bagus, jadi menyesal juga.
kini akhirnya harus berusaha dan perbaikan nila juga, harusnya ku buang sikap yang seperti itu, harusnya aku juga harus lebih maju dan buang jauh-jauh sikap itu.
semoga di semester berikutnya aku lebih berusaha lagi
 SEMANGAT...............
SEMANGAT...............
 HARUS ERUBAH DAN PEMIKIRAN HARUS MAJU



Kacau

 Aku bingung apa yang harus aku tulis dalam tugas apa dalam tugas ini. membingungkan sekali, tapi apa yang ada di kepala harus di tangkan dalam kertas, tapi tetap aja tiadak ada cerita yang harus ku tulis.ya allah bingung juga.
 kini hanya mengetik dan mengetik saja, sambil mendengarkan lagu yang aku gak suka sama sekali. biin tambah pusing saja. kaya tidak ada lagu lain saja, mau tutup telinga juga, di sampin lagi pada curhat-curhatan, lengkap sudah.
 sudah begitu, tunggu teman lama sekali, mau niat bikin tugas tidak...???, lamanya minta ampun
  selang hampir setengah jam baru muncul.pas muncul suruh berhenti dan minta cepat-cepat
 akhirnya tutup juga
 

Kisah Kasih

Mulanya hanya seorang teman semasa SMA, menjadi teman curhat yang setia mendengarkan, selalu menegur jika aku salah melangkah, kadang aku selalu membuatnya kesal jika aku melakukan tindakan yang bodoh untuk seseoarang yang perna singgah di hati.
     Kadang pernah main kucing-kucingan ketika bertemu Gebetan.
takut sekali jika aku memberi tahukan padanya jika aku bertemu. tapi akhirnya juga ku lepaskan dia karena kesalahan yang di buat. hingga akhirnya ku tutupi dari sahabatku sendiri.
    Sahabat yang selalu setia mendampingiku,yang kini jadi orang yang lebih dari sahabat.
orang yang dimana ada setiap aku butuhkan, tapi perasaan tiba-tiba berubah, entah itu dari kapan,aku tak menyadari hal itu akan terjadi padaku. perasaan yang muncul dariku.
aku selalu takut kehilangan dia.berharap dia selalu di sampingku, menemaniku,sampai saat waktu itu datang.


Ku ingat Dirimu

Akan Ku Ingat Selalu Dirimu (Salsa dan Hamida)

Tak terasa waktunya, Apa yang di katakannya kemarin itu benar terjadi, malam itu juga ia pergi meninggalkanku. Sahabat yang ku sayangi telah pindah. Aku mengerti apa yang di alaminya saat itu. Hanya karena terlilit hutang itu masalahnya. Aku dan orangtuaku hanya membantu sebisanya. Komputer yang Salsa miliki itu telah di jual semua kepada Ayahku. Barang-barang rumah tangga juga di beli oleh Ibuku darinya. Ayahku juga memberi uang 3 juta untuk melunasi semua hutang-hutangnya kepada orang yang memberi pinjaman pada keluarga Salsa.
Memang banyak jasa-jasa kami di mata mereka. Tetapi kadang perkataan orangtuaku di hiraukan begitu saja oleh orangtua Salsa, Keluarga itu bersikeras untuk kabur dari rumah karena tidak sanggup lagi untuk melunasi hutang mereka termasuk kepada Bank dan rentenir.
Kini sudah 2 sahabat yang meninggalkanku, yang pertama Hamida, ia sahabatku sewaktu TK sampai sekarang. Ia memilih sekolah di pesantrern Jakarta karena keinginan dari Ayahnya. Memang kami masih bisa bertemu tapi itu pun jarang hanya 1 tahun sekali. Sekarang Salsa yang meninggalkanku, betapa sedihnya aku saat itu. Di tinggal sahabat adalah hal yang paling menyedihkan saat itu. Betapa tidak, aku, hamida dan Salsa selalu bersama. Kadang kami bercanda, tertawa bersama dan bertukar pikiran.
Pernah suatu hari sebelum Hamida pindah untuk bersekolah di Jakarta, kami duduk santai di taman sekolah samping rumahku, kami bercerita banyak hal, bercerita betapa serunya pengalaman pribadi masing-masing.
Di mulai dengan Bismillah Hamida mulai bercerita “Aku masih ingat waktu dulu, waktu masih ada Mama. Mama kandungku, ia selalu menyuapiku dan adikku juga, Kadang bila Annisa datang ke rumah dia juga di ajak makan sama Mama, Bahkan Milla ikut di suapi sama Mama. Iya kan Niss?” Lalu iya beralih kepadaku dan aku mengiyakan perkataannya.
“Oh ya sekarang giliranku ya, boleh gak?” Tanyaku pada Hamida dan Salsa. “Iya boleh!” Sahut mereka serempak. Aku pun mulai melanjutkan pembicaraan ini dan aku mulai bercerita. “Ini kisah ku waktu kelas 2 SD, Waktu aku di ajak orangtuaku ikut pergi ke Pantai Pasir Putih, di waktu Liburan sekolah Adikku. Ceritanya begini…” dan bla bla bla aku bercerita cukup panjang hingga membuat aku kehausan.
“Nah, sekarang giliran kamu Salsa.” Ucap Hamida dan mempersilahkan untuk memulai ceritanya. “Hmmm..” gumamnya. Sepertinya ia bingung harus bercerita apa. “gak usah di paksakan kalau kamu bingung.” Kataku.
“Iya Nis, A..a..aku…” Katanya terbata-bata. “Kenapa?” tanyaku heran. “Aku sedih bila harus berpisah dengan Hamida.” Lanjutnya lagi, perlahan ia mulai mengeluarkan air mata. Aku pun ikut bersedih. Kami tidak ingin kehilangan sosok Hamida yang seelalu ada buat kami. kami cukup bahagia bisa bersamanya selama ini.
“Salsa, Nissa, kalian jangan bersedih, aku di sini hanya menuruti keinginan Ayahku. Kita pasti bertemu lagi, kita bisa kumpul bersama lagi, jadi jangan khawatir.” Kata Hamida. Tak terasa suasana yang tadinya bahagia kini menjadi kesedihan.
Hampir tiga tahun ini akui tidak bertemu Hamida dan Salsa dan selama itulah aku mengingat sesuatu. Salsa berpamitan denganku.
“Annisa!” teriak salsa dari belakang, ia lalu berlari menghampiriku. “Iya ada apa Salsa?” Tanyaku heran. “Ada yang harus aku bicarakan Padamu.” Kata salsa pelan. “Apa itu?” tanyaku lagi. “Sudah ikut aja.” Salsa lalu menarik tanganku untuk menuju ke suatu tempat di mana aku, Hamida dan Salsa selalu bersama.
“Kamu sudah tau kan masalah dalam keluargaku?” Tanyanya. Aku pun mengangguk menandakan tahu dengan masalah yang menimpa keluarganya. “Aku akan pergi.” Katanya berterus terang. “Tapi kenapa?” Tanyaku. aku rasanya tak percaya bila Salsa harus meninggalkanku sendiri tanpa dia.
“Kamu tau kan keluargaku terlilit banyak hutang, orang tuaku tak sanggup untuk melunasinya.” Katanya dengan nada pelan. Aku hanya terdiam menatap dirinya yang kecil itu harus pergi jauh. Lalu ia melanjutkan perkataannya itu. “Ini rahasia, aku dan keluargaku memutuskan kabur dari rumah. Jaga dirimu baik baik Nisa.” Ia lalu mengakhiri perkataannya. Dan menghapus semua air matanya.
“Jangan lagi, setelah Hamida, kenapa kamu juga ikut pergi? Aku tak ingin kau jauh dariku.” Kataku dengan air mata yang telah membasahi pipiku. Salsa lalu memelukku dan menghapus semua air mataku. Lalu ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan aku.

Tak terasa sudah, ini adalah hari terakhirku di sekolahku yang telah memberikan banyak kenangan di sana. Sekolahku SMA N 1 Jogja -ku, guru-guruku, teman-temanku dan adik-adikku semua, mereka adalah kenangan terindahku. Banyak hal yang aku dapat dari mereka semua yaitu kebersamaan dan persaudaraan. Tak akan ku lupakan kenangan indah bersama kalian sampai akhir hayatku, Itu janjiku.
Perpisahan ini merupakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Ya aku bahagia karena bisa melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi nantinya dan sekaligus sedih karena berpisah dengan orang-orang yang ku sayangi di sekolah ini.
Setelah aku berdiri di atas panggung untuk membacakan puisi TERIMAKASIH GURUKU aku lalu kembali duduk di tempat dudukku dengan air mata ini. Tak rela rasanya bila berpisah dengan orang yang ku sayang. Sekolahku, guruku, teman-teman dan adik-adikku serta sahabatku Hamida dan Salsa. Kalianlah sumber kebahagiaanku. Kalian akan selalu ku ingat selamanya.